Kamis, 28 April 2011

KERAMIK MEMATIKAN

Sore itu aku pulang dari sekolahku menuju rumahku yang sepi, kedua orang tuaku bekerja, sebenarnya tidak terlalu sepi karena ada adikku. Tetapi hobinya adalah membaca buku dan takkan pernah lepas dari buku itu seharian, pembantuku pun sehabis menyelesaikan pekerjaannya pasti pergi keluyuran entah kemana walaupun pastinya ia akan kembali lagi. Tetapi ada satu orang yang perhatian dan dapat menemani kesepianku, yaitu nenek Maria. Setiap sore aku selalu jalan-jalan disekitar komplekku ini, dan selalu melewati rumahnya dan setiap sore juga ia selalu berada di berandanya dan menyiapkan sebuah kotak yang berisi brownies yang masih hangat untuk diberikan kepadaku dengan senyumnya bak mutiara.
Kadang setiap sabtu minggu dia jalan pagi disertai dengan pembantunya,dan memberikan senyum dan sapaan manis kepadaku. Kalau aku sedang bosan aku selalu mampir ke rumahnya, apabila aku sedang dalam dilema atau sedang membutuhkan nasihat oleh orang lain, aku pasti menceritakan semua ke nenek Maria. Aku sudah menganggap beliau sebagai nenek kandungku sendiri, dan aku sangat menyayanginya. Tetapi kejadian itu membuatku sangat tertekan, ketika aku tidak bisa melihat wajah nenek Maria untuk selamanya. Beliau meninggalkan dunia ini dengan cara yang tidak layak untuk seorang wanita tua yang sangat baik hati. Ia dibunuh secara tragis oleh tetangganya yang baru pindah disini selama 2 minggu, dan aku tak begitu mengenalnya. Akan ku ceritakan rincian kejadian yang meninggalkan lubang yang sangat besar di hatiku.
Siang itu sama seperti hari biasanya, aku pulang dari sekolahku tetapi yang menjadi masalah adalah aku harus menanggung beban yang sangat berat dan aku harus mencari dimana aku harus menceritakan semua beban itu. Satu-satunya orang yaitu Nenek Maria. Akupun mengambil sepedaku yang ada di belakang rumahku dan mulai mengunjungi rumah Nenek Maria. Ketika aku sudah sampai, rumah itu sangat sepi, aku pun mengetuk pintu itu tetapi tak ada jawaban. Perasaanku tidak enak, aku bermaksut untuk mengetuk pintu garasinya, sejenak aku berpikir ‘mungkin Nenek Maria sedang tidur’ jadi aku mengurungkan niat ku.
Akupun kembali ke rumahku dengan perasaan penuh kecewa. Tetapi ada juga perasaan tidak enak di dalam tubuhku entah itu apa, dan hatiku pun menyuruhku untuk kembali ke rumah Nenek Maria.
“Apa yang kau pikirkan Syifa ? kau tidak boleh kembali !”kata ku
Sampai di rumah aku ke kamarku dan membaringkan tubuhku ke atas tempat tidurku. Sedikit aku melirik ke arah jarum jam di samping tempat tidurku. ‘ternyata baru jam 2’. Kriiing .. jam beker ku sudah menyala dan menunjukkan jam 4 sore. Aku pun bangun dan bergegas ke kamar mandi disana aku terpeleset dan jatuh tiba-tiba wajah Nenek Maria terlintas di pikiranku.
Setelah mandi, aku berniat untuk pergi ke rumah nenek Maria. Kuambil sepedaku itu dan kukayuh sepedaku untuk menjalankan niatku.
“Ada apa ini ramai-ramai ? kenapa ada mobil polisi dan ambulans ? Lho ? sebaiknya kutanyakan semua ini supaya jelas!” kata Syifa kepada dirinya sendiri
“Maaf pa ! saya mau tanya, sebenarnya ada kejadian apa ini ?” tanya ku kepada salah seorang tetangga nenek
“Ermm .. Ibu Maria dibunuh secara tragis oleh tetangganya !”katanya
‘APA?!’ tak terasa air mataku terlinang deras
“Kapan kejadian itu?”tanyaku.
“sekitar jam 2-an, tim medis berkata begitu !”
‘Berarti .. kenapa aku tak masuk waktu itu ?’
“Saya tahu, bukan hanya kamu yang merasa sedih ! kami juga meraasa sedih akan kejadian itu ! ibu Maria sangat baik kepada semua orang !”katanya
‘Aku harus masuk ! Nenek kuat ! dia pasti masih hidup ! dia gak mungkin ninggalin aku !’
Tapi semuanya terlambat, nenek maria benar-benar telah meninggalkan dunia ini selamanya. Tapi, aku harus tahu apa penyebabnya kenapa kematiannya disebut TRAGIS ?. Esoknya nenek dimakamkan di pemakaman terdekat aku dan keluargaku pun ikut dan mengiringi mobil yang mengangkutnya sampai pemakamannya. Air mata tak dapat kutahan, selalu menetes dari awal perjalanan sampai di rumah.
“Syifa, jangan menangis lagi, sayang ! mama ngerti kok perasaan kamu !”kata mama.
‘nggak ! mama nggak ngerti perasaan aku ! yang ngerti perasaan aku sekarang ini hanya diri aku sendiri !’ kataku dalam hati.Setelah itu akupun pergi ke kamarku.
“Syifa, kamu nggak boleh nangis !!! yang perlu kamu lakukan sekarang ini adalah menyelidiki penyebab kematian nenek !”.
Sore nanti aku berniat untuk pergi ke rumah nenek Maria dan mencari tahu penyebab kematian nenek. Mustahil tak satupun tetangganya yang mengetahui tentang hal ini.
‘kriiing’
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00, dan ini saatnya aku pergi mencari info tentang kejadian yang telah menyisakan lubang yang sangat dalam di hatiku. Ku ambil sepedaku dan kukayuh sampai tiba di depan rumah Nenek Maria. Aku tak langsung mencari bahkan mengetuk pintu rumah nenek, aku melihat kursi yang biasa nenek duduki dan meja yang berada di sebelah kursi itu sebagai tempat dimana ia meletakkan brownies yang enak dan masih hangat untukku. Aku mengingat kenangan indah sewaktu aku dengan nenek. Tiba-tiba ..
“Hey, ngapain kau disitu, nak ?”tanya seorang lelaki tua yang sepertinya umurnya tak jauh beda dengan umur nenek.
“Ya.. ada apa kek’ ?”tanyaku
“Dari tadi saya melihat kamu memandangi rumah Maria, sini-sini .. duduk dan bicaralah dengan kakek !”kata kakek itu dengan menunjukkan keramahannya. Disitu ada 2 kursi, aku memilih untuk duduk di kursi yang berada tepat mengahadap kursi yang biasa diduduki Nenek Maria.
“Kakek sering sekali melihat kamu mengunjungi Maria, dan bahkan Maria bilang sendiri kepada kakek kalau dia telah menganggap kamu sebagai cucunya sendiri, keluarganya termasuk ke dalam keluarga yang kaya atau mungkin bisa dikatakan keluarga yang mampu, tetapi ia tak puas dengan itu karena semua anaknya tinggal di kota-kota yang berbeda dan sangat jauh dari kediamannya. Dulu mereka kesini seminggu sekali tapi lama kelamaan hanya sebulan sekali bahkan hampir tak pernah. Ia bercerita tentang kamu kepada kakek, ia bercerita dengan air matanya yang juga jatuh di pipinya. Dan yang terpenting ia sangat sayang sama kamu ! lebih dari anak ataupun cucunya sendiri !”kata kakek itu
Aku tak mengerti harus kupasang wajah dan ekspresi seperti apa ? aku bingung ! semua nya tercampur aduk ingin rasanya aku menangis tetapi air mataku tak bisa keluar dari mataku dan yang ingin aku lakukan adalah : memeluk dan mengatakan ‘AKU SAYANG NENEK’  kepada nenek Maria.
“Kamu tahu penyebab kejadian itu ? kakek tahu pasti kamu tak tahu apapun. Maria meninggal secara kejam oleh ibu Ratih. Ibu Ratih membunuh Maria menggunakan keramik yang tajam. Hal itu hanya dikarenakan oleh hutang ibu Ratih sejumlah Rp.400.000, sebenarnya nenekmu itu tak berniat untuk menagih secara paksa, ia hanya mengingatkannya. Dan kamu tahu bukan? Maria bukan tipe orang yang keras dan suka memaksakan kehendaknya, jadi ia pasti mengatakannya dengan lemah lembut seperti caranya berbicara dengan orang lain !”kata kakek
‘APA? DIBUNUH ?!’ jadi nenek meninggal karna dibunuh ?’ kataku dalam hati
“Polisi mengatakan kalau ia frustasi dan depresi berat karna suaminya berada di rumah sakit sementara ia harus menghidupkan ke-4 orang anaknya ! begitu katanya, yah karna ia tetap telah membunuh seseorang dan itu adalah perbuatan yang sangat keji maka ia sekarang sedang ditahan dan sedang menunggu persidangan yang akan segera dilaksanakan !”kata kakek
Tak sadar air mataku jatuh perlahan-lahan dan kemudian membanjiri pipiku.
“Bukan hanya kamu yang sedih, kakek pun juga sangat sedih atas meninggalnya Maria !”kata kakek dan kakekpun juga meneteskan air mata ke pipinya
Akupun pulang dan menceritakan kejadian tersebut ke orang tuaku mereka juga sama terkejutnya dengan aku dan tak gampang untuk menceritakan kembali kejadian itu karna aku tak bisa menahan air mataku yang selalu menetes. Orang tuaku menyuruhku untuk menenangkan diriku di kamarku. Dan tanpa berkata apapun aku langsung menuju kamarku.
Aku berpikir …
‘nenek telah meninggalkan dunia ini untuk selamanya dan tak akan pernah kembali dengan senyum dan kue browniesnya, dan aku telah kehilangan sosok yang sangat aku sayangi dan aku cintai untuk selamanya’

Tidak ada komentar: